keringat hingga air mata darah, misteri??


Padang - Hasil tes Antinuclear Antibody (ANA) terhadap sampel darah Dora Indrianti Trimurni (25) yang dikirim tim dokter RS M Djamil Padang ke RSCM Jakarta menunjukkan hasil positif. Dora diduga memiliki masalah dengan sistem kekebalan tubuhnya.

Demikian disampaikan dokter spesialis Hematologi dan Onkologi RS M Djamil Padang Dr Irza Wahid . Meski hasil tes ANA terhadap sampel darah Dora positif, menurut dokter yang menangani Dora selama dirawat di RS M Djamil tersebut, masih perlu dipekuat dengan serangkaian tes yang lebih spesifik.

"Hasil tes menunjukkan ada gejala kecurigaan yang mengarah pada gangguan auto imun atau sistem kekebalan tubuh pada pasien. Tes yang lebih spesifik diperlukan untuk mengetahui gangguan itu gangguan primer atau sekunder. Sejauh ini, apa penyebab pasien mengalami auto imun belum diketahui," kata Irza.

Menurut Irza Wahid, gangguan auto imun merupakan gejala dimana fungsi sistem kekebalan tubuh terganggu dan membuat tubuh menyerang sistemnya sendiri. Dalam kasus Dora, sistem imunitas yang berfungsi menjaga tubuh dari serangan penyakit tidak berfungsi secara normal.

Tes lain yang dilakukan adalah Anti Double Stranded DNA (Anti DS DNA). Kedua tes darah ini untuk mengindikasikan penyakit Lupus, jika keduanya positif. Namun pada kasus Dora, Anti DS DNA pada Dora ternyata negatif.

"Sebelum merujuk Dora ke RSCM Jakarta, kita sudah mengirim sampel darah Dora untuk dilakukan tes ANA dan Anti DS DNA. Dua tes darah itu dijadikan parameter untuk penyakit lupus. Hasilnya ya itu tadi, tes ANA Dora positif sementara tes Anti DS DNA menunjukkan hasil negatif," tukasnya.

Sebelum memutuskan merujuk Dora ke RSCM Jakarta, tim dokter RS M Djamil sudah melakukan sejumlah tindakan medis dan serangkaian penelitian untuk mendalami penyakit langka yang diduga sebagai trombopati tersebut.

kacamata kedokteran modern

dari kacamata kedokteran modern kelainan perdarahan dibagi dalam tiga golongan besar, yakni: trombositopenia (jumlah trombosit rendah), trombopati (kelainan fungsi trombosit), dan kelainan faktor pembekuan).

Berdasar hasil pemeriksaan sementara, tim dokter mendiagnosis Dora menderita kelainan fungsi trombosit (trombophaty). "Kami masih belum memahami kenapa itu bisa terjadi, tapi untuk diagnosa pertama ialah adanya kelainan pada fungsi pembekuan trombosit," kata dokter spesialis Hematologi RSCM, Shupri Efendi, yang turut menangangi Dora.

Ada tiga kemungkinan memicu kelainan itu. Pertama, sang ibu mengonsumsi suplemen yang mengganggu fungsi trombosit saat mengandung Dora. Kedua, adanya benturan atau trauma di kepala akibat jatuh beberapa tahun silam. Ketiga, adanya riwayat penyakit lupus. Pelbagai kemungkinan ini masih dalam pemeriksaan laboratorium.

Kasus Dora mirip dengan kondisi yang menimpa dua remaja di Amerika Serikat dan India. Jika Dora mengeluarkan darah dari pori-pori kulit di beberapa area kepalanya, mereka mengeluarkan darah dari matanya, seperti orang menangis.

Calvinno Inman, misalnya. Anak muda asal Tennessee, Amerika Serikat ini bisa mengeluarkan darah dari matanya tiga kali sehari. 'Tangisan' darah Inman bahkan bisa berlangsung hingga satu jam. Tak hanya ketika sedih, ia sering menangis tanpa sebab. "Saya sudah mulai terbiasa dengan kelainan ini, meski awalnya sangat sedih," ujarnya, seperti dikutip dari Daily Mail.

Dr Rex Hamilton, dokter spesialis penyakit mata atau ophthalmologi, mengatakan, Inman mungkin menderita penyakit langka haemolacria, yang artinya: tangisan darah. "Saya belum bisa mengatakan penyebabnya. Yang pasti, penyakit ini kemungkinan hanya terjadi pada satu dari sejuta orang di dunia," ujarnya.

Sementara Twinkle Dwivedi, remaja perempuan asal India ini mengucurkan darah dari matanya hingga 50 kali sehari. Bahkan serupa Dora, darah segar juga mengalir dari hidung, kepala, dan kulitnya tanpa luka. Tak jarang, ia harus menerima tranfusi lantaran kehilangan banyak darah setiap hari tanpa terkendali.

Dr George Buchanan, dokter spesialis darah atau hematologi di sebuah rumah sakit di Mumbai, mengaku sulit mendiagnosis penyakit yang diderita Dwivedi. "Saya belum pernah melihat kasus semacam ini, atau mendengarnya dalam sejarah medis," katanya.

optima dari berbagai sumber

Related Post